Teluh Darah (2023)

        "Teluh Darah" adalah sebuah novel karangan Seno Gumira Ajidarma yang menceritakan tentang perjuangan seorang wartawan bernama Mamiek untuk membeberkan kebenaran di tengah situasi politik yang penuh tekanan dan kekerasan di Indonesia pada tahun 1965. Mamiek yang awalnya bekerja sebagai wartawan di Surabaya, kemudian pindah ke Jakarta untuk mencari kebenaran tentang tragedi Gerakan 30 September (G30S) yang terjadi pada tahun 1965. 

        Di Jakarta, Mamiek terlibat dalam gerakan mahasiswa yang menentang kebijakan pemerintah yang dituduh melakukan pembantaian massal terhadap para anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diduga terlibat dalam G30S. Mamiek bersama dengan beberapa tokoh lainnya berusaha mengungkap kebenaran dan memperjuangkan keadilan bagi para korban. 

        Namun, mereka harus berhadapan dengan rezim otoriter dan militer yang melakukan segala cara untuk menekan gerakan mereka. Dalam perjuangannya, Mamiek mengalami banyak rintangan dan bahkan harus merelakan nyawa teman-temannya yang menjadi korban kekerasan. Namun, semangat perjuangan Mamiek dan rekan-rekannya tak pernah pudar, bahkan ketika mereka terusik oleh ancaman dan intimidasi. 

         Melalui cerita ini, Seno Gumira Ajidarma memberikan gambaran yang kuat tentang kekerasan politik di Indonesia pada masa lalu, dan mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti dari perjuangan dan kebenaran. "Teluh Darah" menjadi sebuah karya sastra yang menginspirasi dan memotivasi untuk memperjuangkan keadilan dan mengungkap kebenaran di tengah kegelapan politik dan sosial.